Instagram

@indahetika19

Selasa, 26 Juni 2018

Yuk! Coba Mengkritik Diri

Juni 26, 2018 6 Comments
Aku perhatiin kamu berubah semenjak menikah.
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. (Wikipedia)

(source:dreamstime.com)
Bagi sebagian orang mungkin kritik adalah sesuatu yang ingin dihindari, begitu juga saya. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa jika ingin menjadi pribadi yang lebih baik, kita akan butuh kritikan yang membangun.

Pengalaman saya di awal menikah banyak dapat kritik dari teman dan sahabat mungkin bisa jadi bahan cerminan untuk kita semua.

Pernikahan jadi berita yang paling membahagiakan. Membuat saya ingin memposting segala hal tentang kehidupan setelah menikah yang benar-benar berbeda. Dengan segala kealay-an yang saya miliki, postingan instagram pun dipenuhi momen-momen romantis kami berdua #ciee. Mulai dari menyiapkan sarapan untuk suami, hangout bareng, ngedate, sampai liburan ke luar kota.

Awalnya niat saya sih supaya para jomblo di luar sana ketika lihat setiap postingan itu jadi makin semangat ikhtiar mencari sang jodoh. Tapi apa daya saya yang hanya manusia biasa ini, ternyata banyak hati yang terluka di luar sana 😢. Kekhilafan ini saya ketahui ketika salah satu sahabat chat pribadi ke saya.

Saya paham betul niatan baik sang sahabat yang ingin mengingatkan saya. Dengan bahasa yang lembut namun nyeess di hati, periih cuy, saya berusaha memahami dan berpikir positif. Mungkin penyakit yang selalu ingin umbar kebahagiaan ini harus segera diobati. Iyadeh gue salah.

Bersyukur Allah masih membukakan hati ini untuk menerima kritik pedas dari para sahabat. Ya meskipun lebih banyak ngomel di dalam hati tapi sebisa mungkin saya kembali menyadarkan diri. Terimakasih banyak deh buat kritiknya.

Sejak saat itu saya mulai mikir-mikir dulu sebelum posting di IG. Kira-kira ini layak gak ya? Ada faedahnya gak ya? Ada yang sakit hati gak ya? Posting apa enggak nih? Walopun kadang-kadang juga masih sering khilaf. 

Hingga suatu ketika saya dapat kabar gembira dari sang sahabat. Yeay.. berita pernikahan lagi. Sekali dua kali melihat kebahagiaan pasangan baru itu via sosmed membuat saya ikut senang. Tapi lama kelamaan kok eneg ya?

Emang sih beliau ini nggak umbar foto mesra. Tapi capture chat manis beserta segala caption dan  isi tulisannya yang aduhaaaii membuat saya berpikir "penting ya dunia harus tau hidup lo?", "emangnya lo doang yang punya suami?" , "emangnya dunia harus tau kalo lo lagi kangen sama tuh suami?".

Saya juga sempat mikir kalo nih orang cuma bisa kritik doang, tapi ketika dia yang mengalami sendiri bahagianya  menikah ternyata dia juga gak tahan buat mengumbar kemesraan. Sempat sebel banget sama dia yang luar biasa mengkritik saya dulu.

Tapi, Astaghfirullah...
Mungkin seperti inilah yang orang-orang pikir tentang postingan foto-foto saya dan suami dulu.  Mungkin mereka juga merasa postingan saya hanya spam yang membuat penuh beranda. Ternyata saya sudah menyakiti banyak hati. Merasa bersalah terutama pada si sahabat tadi.

Kecenderungan untuk berbagi kabar gembira memang manusiawi. Tapi akan lebih baik lagi jika kita lebih bijak dalam mengorganisir apa saja hal-hal yang perlu dibagikan. Pikirkan lagi apakah akan membawa banyak manfaat atau tidak.

Saya juga masih terus belajar agar lebih bijak menggunakan media sosial. Berusaha untuk menata hati agar tidak ada rasa hasad ketika melihat postingan kabar bahagia orang lain. Mencoba untuk mengkritik diri sendiri demi menjadi pribadi yang lebih baik.

Semoga bermanfaat....