Instagram

@indahetika19

Sabtu, 16 Januari 2016

Mengapa Allah Tidak Menghukumku?

Seperti ditampar. Itulah perasaan ketika mendengar materi kajian sore ini. Aku benar-benar terbangun dari hibernasiku beberapa tahun belakangan ini. Aku ingat terakhir kali aku terisak seperti ini yaitu saat semester tiga bangku kuliah, ketika hasrat hijrahku menggebu-gebu.

"Aku telah melakukan banyak kesalahan, mengapa Allah tidak menghukumku?" Pertanyaan besar di kepalaku dan sore ini aku dapatkan jawabannya.

***
Aku mulai merasa biasa ketika menunda shalat. Mulai terbiasa meninggalkan dhuha dan qiyamul lail. Empatiku mulai berkurang saat melihat orang yang membutuhkan. Lisanku makin sulit dikendalikan. Puasa sunah? Sudah tidak pernah. Ah. Aku rasa kerudung lebarku hanya topeng.



Dengan semua kekhilafanku itu, aku tidak pernah merasa bahwa Allah memberiku hukuman. Aku masih bisa tertawa dengan teman-temanku tanpa masalah. Studiku baru saja selesai. Justru aku merasa semua urusanku telah dipermudah-Nya.

Akan tetapi kajian sore ini menyadarkanku. Bahwa tidak ada hukuman yang lebih berat bagi hamba daripada mengerasnya hati dan jauh dari Allah. Ketika hati mengeras maka air matapun mengering.

Ternyata ketika aku merasa biasa saja meninggalkan amalan baik, itulah hukuman bagiku. Begitu lalainya aku menjaga hidayah yang telah Allah berikan. Padahal Allah memberi hidayah hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki.

Sore ini juga aku menyadari betapa besar cinta Sang Ilahi. Dia mengirimkan saudari-saudariku dalam agenda kajian sore ini untuk mengingatkanku kembali.

Saudariku, semoga cerita ini bisa menjadi cermin bagi kita semua untuk selalu memperbaiki diri setiap harinya. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar